Friday, July 9, 2010
Wednesday, June 23, 2010
Mengapa membaca al Qur’an ketika kita tak mengerti artinya?
Baru saja saya membaca sebuah tulisan pada secarik kertas yang tertempel pada  dinding kantor teman saya. Sebuah tulisan tua dari internet. Mungkin sebagian  pengunjung sudah pernah membacanya, namun merupakan temuan baru bagi saya.  Judulnya adalah: Why do we read quran, even when we do not understand  even a single arabic word? Sebuah tulisan indah yang amat menyentuh  hati yang saya coba terjemahkan dengan judul di atas: Mengapa membaca al  Qur’an ketika kita tak mengerti artinya?
Alkisah, hiduplah seorang muslim tua bersama seorang cucunya di sebuah  pegunungan di bagian timur Kentucky, Amerika. Sang kakek biasa membaca  Qur’an selepas sholat shubuh setiap hari. Sang cucu berusaha meniru  setiap tingkah laku kakeknya.
Suatu hari, ia bertanya: “Kek! Aku berusaha membaca Qur’an seperti dirimu  tetapi aku tidak mengerti isinya. Jikapun ada sedikit yang  kupahami, ia akan terlupakan setiap kali aku menutup kitab itu. Lalu,  apa gunanya aku membacanya?”
Dengan perlahan sang kakek membalikkan badan dan berhenti dari memasukkan  batu bara ke dalam tungku pemasak. Ia menjawab: “Ambillah keranjang ini, bawalah  ke sungai di bawah sana dan bawakan untukku sekeranjang air!”
Sang cucu membawa keranjang hitam penuh jelaga batu bara  tersebut ke sungai dan mengambil air. Namun air itu telah habis menetes sebelum  sampai ke rumah. Sang kakek tertawa dan meminta sang cucu agar mencobanya sekali  lagi: “Mungkin engkau harus lebih cepat membawa airnya kemari.”
Sang cucu berusaha berlari, namun tetap saja air itu lebih cepat keluar dari  keranjang sebelum sampai ke rumah. Dengan terengah-engah ia pun mengatakan  kepada sang kakek bahwa tidak mungkin mengambil air dengan keranjang. Sebagai  gantinya ia akan mengambil air dengan ember.
“Aku tidak perlu satu ember air, yang kuinginkan adalah sekeranjang air!”  jawab sang kakek. “Kau saja yang kurang berusaha lebih keras,” timpal sang kakek  sambil menyuruhnya mengambil air sekali lagi. Sang kakek pun pergi ke luar rumah  untuk melihat usaha sang cucu.
Kali ini sang cucu sangat yakin bahwa tidak mungkin membawa air  menggunakan keranjang. Namun ia berusaha memperlihatkan kepada sang  kakek bahwa secepat apapun ia berlari, air itu akan habis keluar dari keranjang  sebelum ia sampai ke rumah. Kejadian yang sama berulang. Sang cucu sampai kepada  kakeknya dengan keranjang kosong. “Lihatlah Kek! Tidak ada gunanya membawa air  dengan keranjang.” katanya.
“Jadi, kau pikir tidak ada gunanya?”, sang kakek balik  bertanya. “Lihatlah keranjang itu!” pinta sang kakek.
Ketika sang cucu memperhatikan keranjang itu sadarlah ia bahwa kini keranjang  hitam itu telah bersih dari jelaga, baik bagian luar maupun  dalamnya, dan terlihat seperti keranjang baru.
“Cucuku, demikianlah yang terjadi ketika engkau membaca al Qur’an.  Engkau mungkin tidak mengerti atau tidak bisa mengingat apa yang engkau  baca darinya. Namun ketika engkau membacanya, engkau akan dibersihkan dan  mengalami perubahan, luar maupun dalam. Itulah kekuasaan dan nikmat  Allah kepada kita!”
petikan dpd : http://blog.al-habib.info/id/membaca-quran-tidak-faham-isinya/
 

 
 
 


 


 
 
 

